Kasih dan sayangnya ibu terhadap anak sukar digambarkan kerana perasaan ini adalah kurniaan Allah kepada seorang wanita yang bergelar ibu.Keperitan dan kesusahan yang dirasai oleh ibu ketika mengandung dan membesarkan anak juga tidak dapat dibayangkan sehingga seseorang itu sendiri menjadi ibu.Oleh itu, penghormatan terhadap ibu perlu diutamakan berbanding hak kepada seorang bapa.
Sambil menimangku ia pun menyanyi:Timang tinggi-tinggi,Dapur tak berasap,Bila besar nanti,
Jangan masuk lokap.
Ibuku tidak mengenal buku dan sekolah.Tiap pagi terbongkok-bongkok di lumpur sawah.Menggaru betisnya yang dikerumuni lintah.Hatinya selalu teringat.Suaminya yang mati melarat.Setelah dikerumuni lintah darat.Ibuku tangannya kasar berbelulang.Mengangkat bata-bata bangunan.
Wajahnya dibedaki debu berterbangan.
Ibu tidak pernah mengenal supermarket.Tinggal di bilik sempit.Upah buruhnya sangat sedikit.Ibuku tidak punya TV.Tidak berpeluang pula menontonnya.Tak pernah mengikuti laporan parlimen .Atau ceramah bagaimana menambah jumlah penduduk.
Tidak pula tahu adanya forum kemiskinan Atau pertunjukan masak-masakan.Dengan resepi yang sangat menakjubkan.Ibuku setiap pagi berulang ke kilang.Bekerja dengan tekun hingga ke malam.Mikroskop itu menusuk matanya dengan kejam.Kaburlah mata ibu diselaputi logam.Ibuku tidak tahu tentang hak asasi.Apalagi tentang seni dan puisi.
Jika ditanya makna melabur.Nama-nama saham yang menjanjikan makmurAtau tentang dasar pandang ke Timur,Ibu tersenyum menunjukkan mangkuk bubur.Yang melimpah kanji beras hancur.O ibuku sayang ...Di negerimu kau menumpang.
Sesekali kudengar ibu menyanyi Pantun tradisi caranya sendiri:Siakap senohong,Gelama ikan duri,Bercakap bohong,Tak boleh jadi menteri.
0 comments:
Post a Comment